Aceh Timur,generasiaceh.
Innalillahi wa innailaihi raji’un, Ketua Siber Wartawan Indonesia (SWI) Aceh Timur, Zulham fitriadi, menyampaikan turut belasungkawa sedalam dalamnya atas berpulang kerahmatullah sosok ulama Kharismatik Aceh, Tgk. H. M Daud bin Ahmad
“Kami menyampaikan rasa duka yang mendalam atas berpulang kerahmatullah ulama Aceh Tgk H. M Daud bin Ahmad yang di sebut nama lain Abu Lueng Angen Lhok Nibong,” Ungkap zulham dengan Nada Sedih, Ahad (19/6/2022).
Tutup Usia Atau Meninggal Abu Lueng Angen yang memiliki nama asli Tgk H M Daud bin Ahmad dalam perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh.
Kabar meninggalnya Abu Lueng Angen ini disampaikan Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali.
"إنا لله وإنا إلیه راجعون
Telah bepulang kerahmatullah Abu Lhok Nibong/Abu lueng Angen (H.M.DAUD BIN AHMAD) pukul 07.30 hari minggu 19 juni 2022 di RSUZA," demikian tulis Tgk H Faisal Ali di group Tastafi.
Tgk. H. Muhammad Daud bin Ahmad atau yang kerap disapa dengan panggilan Abu Daud Lueng Angen lahir pada bulan Maret 1941 di Desa Meunasah Leubok, Lhok Nibong, Aceh Timur. Beliau merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara dari Tgk. Ahmad bin Abdul Latif dan Dhien.
PENDIDIKAN
Pada tahun 1956, Abu Daud Lueng Angen memulai pendidikannya dengan belajar di Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh, Aceh Uata. Saat itu, dayah tersebut dipimpin oleh Teungku Abdul Ghani yang dikenal dengan Teungku di Aceh.
Ternyata apa yang Abu impikan ada di dayah ini. Beliau menemukan kajian ilmu yang sudah lama dicita-citakan ditambah lagi dengan suasana yang cukup kondusif jauh dari suara bising letusan senjata karena sedang terjadi genjatan senjata antara pihak DI/TII dengan Pemerintah RI.
Namun sayang suasana yang tenang tersebut hanya bisa dinikmati selama dua tahun karena pemberontakan DI/TII kembali meletus sehingga beliau berseta para santri di dayah tersebut harus mengungsi ke Gampong Tanjong Ara, Paya Naden, Aceh Timur.beliau dan santri lainnya mengikuti ajakan guru beliau Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara ke Gampong Tanjong Ara agar kegiatan belajar mengajar tidak terputus.
Selama masa pengungsian beliau mulai memikirkan untuk melanjutkan pembelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Maka Pada bulan Desember 1960, Teungku Muhammad Daud, berbulat tekad menuju Samalanga sebagai tempat belajar yang lebih menjanjikan.
Pengembaraan musafir ilmu terus berlanjut hingga sampai yang Abu inginkan yakni belajar pada dayah saat itu sudah terkenal. Tempat itu tidak lain adalah Dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga yang beliau pilih kala itu dipimpin oleh Teungku H. Abdul Aziz Shaleh (dikenal sebagai Abon Samalanga).
Abu dengan berbekal ilmu yang didapatkan di Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh maka dapat langsung duduk di kelas empat. Dalam sejarah perjalanan musafir ilmu Abu diantara guru beliau di MUDI adalah Tu Din (Teungku Zainal Abidin Syihabuddin), Teungku M. Kasem TB (Alm. adalah pimpinan Dayah Darul Istiqamah, Bireuen), Teungku Usman Kuta Krueng (sekarang pimpinan Dayah Darul Mun Munawwarah, Pidie), dan tentunya Abon Samalanga sendiri. Tercatat di dalam tinta sejarah bahwa lamanya Abu belajar selama di dayah MUDI boleh di katakan hanya sepuluh tahun.
Tentu saja lamanya tersebut terasa sangat singkat walaupun beliau cukup betah mengaji dan semangat serta ketekunan dengan himmah sungguh.
"Begini rasanya saat wafatnya ulama besar di Aceh sejak magrib hujan lebat hingga ini hari jangankan ummat manusia langit pun menangis sudah hilang satu tiyang lampu agama yangbesar".
“Beliau merupakan sosok panutan masyarakat Aceh, khususnya Aceh Timur, kepergian beliau mengundang duka bagi segenap masyarakat Aceh, khusus nya Aceh Timur,” lanjut ketua (SWI) Aceh timur ini
Almarhum akan dikebumikan di Dayah Lueng Angen Lhok Nibong, Desa Buket Bata Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur.
“Semoga beliau husnul khatimah, Kepada para keluarga, kerabat yang berduka, semoga diberikan ketabahan dan kekuatan oleh Yang Maha Kuasa,” tutup Ketua SWI Aceh Timur
0 Comments